Senin, 31 Mei 2010

Ketika Kerinduan Dipertanyakan

Terkadang beginilah kita melajur pada hal yang begitu penuh tanya. Seakan cuatan kerinduan kita baru sadari daripada akan laku yang sudah. Kemana dan apa saat itu?
Dari ini saja nilai rindu adalah kedamain, dimana utasnya kita sadari apa yang jadi kurang dari laku kita.

Seperti kitap tatap siang dan ketika tatap malam, dimana dua warna berbeda. Disini ada bulan dan ada matahari, lihat inilah adanya rindu kita. Seakan dimana siang yang begitu menjadikan kita panas dan berkeringat. Dimana kadang hanya meninggikan emosi dalam suasana tanpa pikirkan hal yang dibelakang. Akhirnya seperti desir lembayung tiba, besyair:

PINTU PINTU PEMISAH...

Kumulai resah dengan semua adanya...
Terpantulnya indah dalam senyuman...
Memapas ruang sendi peradaban...
Ketika tiba penutupan sang siang...

Tercuat rindu pada kehangatan...
Tapi memang itulah kehidupan...
Salam datang dengan pelan...
Salam pergi dan menghilang...

Kupapar agar ada senyuman...
Kurias dengan adanya renungan...
Maka kulambai arti kenangan...
Kupun berdiri diperaduan...

Maka kita akan berbijak dari malam, kadang menyakan dimana, kupun syairkan:

KETIKA BULAN BERIKAN PANTULAN...

Seperti kaca yang memberkas...
Seperti sendi yang teruas...
Dasar dari arti jagaan...
Ketika ada perpisahan...

Maka seakan lamun jadi pujaan...
Tapi lihat dalamnya dada...
Lajur pelan dalam kebisingan...
Jelajahi dalam mencari kebaikan...

Seperti adanya bila kau percaya...
Seakan semua tetap ada...
Ketika bulan purnama yang begitu menawan...
Itulah hati sang mentari...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar